Minggu, 31 Maret 2024

insight : MASTER STUDIES

Posted by annisa ratu aqilah at 8:58:00 AM

Belajar dari para ulama agar rutinitas harian menjadi lebih produktif dan potensi diri dapat lebih maksimal. Rutinitas yang baik akan berpengaruh juga tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga anak-anak. Rutinitas yang baik dapat melatih anak untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab. Memaksimalkan potensi mereka dan memberikan banyak manfaat untuk seluruh anggota keluarga.

1️⃣ Tetapkan Jadwal Belajar yang 'Ketat'

Ulama : Ibnu Sina

Ibnu Sina mempertahankan jadwal belajar yang disiplin, mendedikasikan waktu berjam-jam setiap hari untuk kegiatan akademisnya. Dia mengatur waktunya secara efektif, mengalokasikan waktu-waktu tertentu untuk membaca, menulis, dan kontemplasi.

🧠 Tindakan:

Ketat di sini bukan berarti kaku, tapi lebih kepada disiplin dengan tetap memberikan ruang improvisasi. Mempertahankan kebiasaan dan rutinitas baik itu lebih sulit daripada melakukannya pertama kali. Tentukan pagi hari untuk kegiatan intensif dan sore hari untuk penerapan praktis atau tugas pemecahan masalah. Membaca bersama dzikir pagi bersama anak-anak dan muraja'ah hafalan menjadi hal yang paling nyaman dilakukan di pagi hari. Membiasakan diri untuk lebih aktif di pagi hari akan memberikan dampak yang baik untuk anak-anak. Memulainya dengan Dzikir semoga dapat memberikan kesegaran bukan hanya untuk raga mereka, lebih utama untuk jiwa.  Dzikir sore dapat dilakukan selepas Maghrib dan ditambah dengan mengaji maupun mengkaji sebuah topik bersama anak-anak. Ngobrol dan diskusi bareng itu hal yang santai tapi juga serius yang bisa kita lakukan bersama anak-anak.  Sesuatu hal yang sederhana tapi seringkali sulit untuk kita berikan kepada mereka. 

2️⃣ Menyeimbangkan Refleksi Spiritual dengan Kejaran Akademik

Ulama : Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali memprioritaskan doa salat dalam rutinitasnya. Dia percaya bahwa momen refleksi spiritual meningkatkan kejernihan dan fokus mental.

🧠 Tindakan:

Mulailah setiap sesi belajar dengan doa untuk memusatkan pikiran dan fokus pada tugas yang ada. Memaparkan anak-anak dengan kebiasaan baik kita dengan membaca, menulis, mendengarkan kajian dengan harapan semangat belajar kita akan menular kepada mereka. Bukan hanya belajar tentang materi-materi sekuler tapi juga agama. Integrated Islamic Learning adalah hal yang kami upayakan agar apa yang mereka pelajari pertama kali sumbernya tidak lain hanya dari Alqur'an Hadist. Membuat jadwal rutinitas harian dengan berpedoman pada waktu ibadah sehingga anak akan terbiasa untuk menjadikan ibadah sebagai prioritas. Bahwasanya rutinitas dan kegiatan harian kita itu sebenarnya hanya untuk menunggu waktu ibadah. Bukan ibadah yang justru menunggu kita menyelesaikan urusan dunia. 

3️⃣ Analisis Kritis Informasi

Ulama : Ibnu Taimiyyah

Ibnu Taimiyah dikenal karena penelitian intelektualnya yang cermat terhadap konsep-konsep teologis dan filosofis. Ia menerapkan keterampilan berpikir kritis untuk mengevaluasi validitas argumen dan sumber.

🧠 Tindakan:

Nilailah kredibilitas sumber-sumber yang Anda pelajari sebelum memasukkannya ke dalam studi atau proses kerja Anda. Hal ini juga berkaitan dengan sumber-sumber yang kita berikan kepada anak-anak. Buku bacaan, permainan, bahkan topik-topik pembelajaran yang harus disusun sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak menggegas, tidak pula memberikan tanpa filter. 

4️⃣ Penerapan Pengetahuan Secara Praktis

Ulama : Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali menekankan penerapan praktis ilmu sebagai sarana memperdalam pemahaman dan pertumbuhan pribadi. Dia mendorong siswa untuk menerapkan konsep teoretis ke situasi dunia nyata, memungkinkan mereka menerjemahkan pengetahuan menjadi tindakan.

🧠 Tindakan:

Tanyakan pada diri Anda bagaimana Anda dapat menerapkan pengetahuan yang Anda pelajari dalam hidup Anda - atau baca studi kasus tentang bagaimana orang lain menggunakannya. Sebagaimana buku yang harus kita baca terlebih dahulu sebelum memberikannya kepada anak-anak. Sebanyak apapun ilmu yang kita berikan, harus berakhir pada amal. Teladan. 

5️⃣ Terlibat dalam Pembelajaran Reflektif

Ulama : Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali mempraktikkan refleksi diri sebagai sarana menilai proses pembelajarannya sendiri dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Dia akan berhenti sejenak untuk merenungkan pengalaman dan wawasannya, memungkinkan dia untuk menyempurnakan pemahamannya dan mempertahankan fokus pada pencarian spiritual dan intelektualnya.

🧠 Tindakan:

Setelah menyelesaikan proyek atau tugas, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan apa yang membantu Anda tetap fokus dan apa yang bisa diperbaiki di masa depan. Journal REAL. Reflect, Educate, Assessment, Learning. Refleksi menjadi bagian penting untuk mengawali sebuah perjalanan baru. Assessment menjadi hal lain yang juga harus dilakukan di setiap akhir perjalanan. Melakukan Refleksi dan Evaluasi menjadi cara terbaik agar kita dapat menjadi manusia yang lebih baik. Kegagalan dalam proses bukan menjadikan kita untuk menyerah, tapi memberi jeda sejenak untuk mengambil langkah perubahan yang lebih baik dan bijak. 
 

ANNISA RATU AQILAH Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez