Senin, 21 September 2020

IMAN, ADAB, ILMU, AMAL

Posted by annisa ratu aqilah at 1:15:00 PM

Apa yang terkesan di pikiran Anda saat membaca empat kata di atas? 

***

1028 hoaks tersebar di berbagai platform media sosial terkait disinformasi tentang virus corona (Covid-19) dalam kurun rentang waktu Januari hingga Agustus 2020 menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). 

Baru-baru ini, di tengah pandemi yang belum mencapai puncak, kita kembali dikejutkan dengan kasus mutilasi. Youtube— tempat pelaku belajar bagaimana teknik memotong tubuh manusia dengan sempurna. Ilmu yang salah diamalkan karena tanpa adanya adab dan iman. Sedih rasanya saat membaca tentang perubahan pelaku dan bagaimana orang-orang bercerita tentangnya. Ibarat film, sebuah plot twist  yang tidak terduga dan hanya atas kehendakNya semuanya menjadi demikian. Kita manusia, hanya berusaha agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa. 

Whatsapp, facebook, tinder, youtube, instagram, telegram...

Teknologi yang membuat semua informasi ini serba capat diakses tanpa batas, rupanya juga membawa sisi gelap bagi manusia dan alam. Allah subhanahu wa ta'ala pun telah menerangkan peristiwa ini di dalam Al Quran surat Ar Ruum [30] ayat 41 :

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"

***

"9 dari 10 pengguna internet di Indonesia menonton youtube", ungkap Muriel Makarim, Head of Large Customer Marketing Google Indonesia. 

Pertumbuhan viewers youtube yang didominasi oleh konten edukasi tentunya tidak terlepas dari diadakannya pembelajaran online di Indonesia akibat dampak dari pandemi. Namun, youtube juga memiliki sisi gelap kemajuan teknologi. Banyak konten yang dapat diakses dengan mudah dan membawa dampak buruk. Pun ketika kita menengok di trending topic Indonesia, bisa dilihat bagaimana 'buruknya' kualitas tontonan sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Hoaks, gimmick, pansos. Ungkapan-ungkapan baru yang muncul bersamaan dengan banyaknya kreator yang mengedepankan konten, mengesampingkan konteks. Apapun bisa dijadikan konten. Memutar balik fakta, dibungkus dengan editing yang menarik dan mengutip kalimat tokoh bahkan mencocok-cocokkannya dengan ayat-ayat Allah.

***

Masih teringat di benak saya saat peristiwa halocline di laut madura, peristiwa suara dentuman di beberapa daerah di Jakarta, peristiwa daging kurban yang bisa bergerak sendiri, maupun peristiwa awan lurus di atas langit Yogya. Video dengan mudahnya tersebar yang kemudian dibumbui kalimat-kalimat tak bersumber. Melakukan cocokologi tanpa dasar. Semua peristiwa yang di luar nalar manusia seringkali menjadi bahan hoaks yang berbahaya, terlebih jika sudah dikaitkan dengan tafsir menafsir ayat. 

Para ahli tafsir terdahulu sangat berhati-hati dalam menafsirkan setiap ayat-ayat Allah. Padahal mereka menguasai bahasa arab, salah satu ilmu wajib yang perlu dikuasai untuk memahami dan melakukan penafsiran. Hal itu dikarenakan mereka telah memahami bahwasanya ada adab sebelum ilmu dan iman sebelum adab. 

***

Kita yang mengalami dan melihat peristiwa di luar nalar tentu saja seolah langsung diingatkan dengan kebesaran Allah. Keheranan yang diungkapkan dengan menyebut-nyebut asmaNya yang agung. Salah? Tidak. Bahaya? Iya. Bahaya jika kemudian ada orang yang imannya masih lemah dan mencoba menampiknya dengan akal pendek dan logika-logika manusia yang terbatas. Kemudian memunculkan keraguan kepada ayat-ayat Allah karena penafsiran dan cocokologi yang sudah tidak sesuai sejak awal.

***

Kita hidup di zaman ketika semua bisa menjadi viral seketika. Teknologi yang canggih tanpa adanya kemampuan menahan nafsu diri dan jari akan membawa dampak buruk tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga orang lain. Tidak semua hal bisa disebarluaskan, bahkan aib sekalipun, dalam islam kita telah diajarkan untuk saling menjaga dan menutup aib sesama.  

Apakah hanya itu? 
Tidak. Semua orang dapat berperan sebagai penyebar hoaks dan menjadi pemicu perilaku orang lain. Kekuatan aksara. Pentingnya kesadaran akan kekuatan literasi. Apa yang kita tulis, sekalipun itu hanya di blog, suatu saat akan dapat dibaca orang lain. Pelaku dalam mutilasi kalibata pun memiliki sebuah blog. Tulisan-tulisannya tersusun rapi dengan kemampuan literasi yang baik. Salah satu tulisannya menuturkan tentang bagaimana hidupnya dulu berubah setelah membaca kisah tentang Bangsa Viking. 

Artinya apa? 
Berhati-hati dalam menulis. Apapun itu. Chat sekalipun. Setiap huruf, kata, dan kalimat yang tertulis, meskipun terhapus, teknologi dapat mengembalikannya. Jejak digital akan selalu ada.

Sudah banyak kita melihat kejatuhan tokoh publik yang disebabkan karena tulisan masa lalunya. Aksara yang mereka tulis beberapa puluh silam, meskipun kemudian mereka telah berubah, namun rekam jejak digital tidak tebang pilih. Masyarakat juga dengan mudahnya akan berkomentar. Sebuah fonemena dari mudahnya kita menulis aksara demi aksara tanpa berpikir panjang terhadap akibatnya. 

***

"Ikatlah ilmu dengan tulisan". Sering kita membaca kalimat itu. Maksudnya tak lain adalah menulis. Sebuah metode yang kemudian diadopsi untuk metode pembelajaran montessori. "The hand is the instrument of the mind.” . Apa yang tangan lakukan, otak akan merekamnya. Jadi, kegiatan menulis dan mencatat ilmu adalah salah satu cara terbaik untuk semakin memahamkan kita pada ilmu yang sedang kita pelajari.

Masalahnya adalah ketika pengetahuan akan literasi masih rendah. Orang hanya akan mencatat dan menulis sesuai apa yang mereka lihat dan terima, tanpa lebih dahulu memeriksa keaslian dari tulisan yang menjadi sumber catatannya. Opini yang dibangun dengan kemampuan literasi yang rendah tidak hanya menjadi tulisan yang kurang nyaman dibaca tapi juga menjadi tulisan yang menyesatkan pembacanya. Kekuatan aksara di dalam sebuah novel pun kadang bisa menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindakan kriminal. Kemampuan menyusun aksara yang dapat menghipnotis pembaca itulah, jika tanpa dibekali dengan adab dan iman terlebih dahulu, hanya akan melahirkan tulisan-tulisan berkualitas tapi menyesatkan.

Ilmu sebelum amal.
Adab sebelum ilmu.
IMAN sebelum adab. 

Kuatkanlah pondasi iman dalam diri seperti layaknya akar pohon kurma yang kuat menghujam ke tanah. Orang yang beriman akan memahami pentingnya memiliki adab dan orang yang beradab akan selalu berhati-hati dalam mengambil setiap ilmu dan mengamalkannya. Sesungguhnya semua perbuatan kita akan ada masa pertanggungjawabannya.

".....Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali,..."
(QS. Al An'am : 164)

Wallahu'alam bisshowab.






 

ANNISA RATU AQILAH Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez