Selasa, 27 Oktober 2020

00 : 00

Posted by annisa ratu aqilah at 11:50:00 PM

"Start creating your post."

Sebaris kalimat menyapa saat hendak memulai tulisan ini. Kalimat yang sebenarnya selalu muncul sesaat sebelum huruf pertama diketik, namun bukan suatu kebetulan mataku menangkapnya lebih cepat dan memantik kata-kata yang harus kususun untuk sebuah tugas dengan deadline kurang dari dua jam.

Sungguh manusia seperti aku ini kurang bersyukur dengan waktu. Seringkali lupa dengan tanggung jawab meskipun sudah mencatatnya. Padahal ini hanya urusan sepele jika dibandingkan dengan tanggung jawab terbesar sebagai hambaNya. 

Bicara tentang waktu dan tanggung jawab, aku jadi ingat sebuah hadist populer. Hadist umum yang sebagian besar orang pasti sudah tahu tentang berharganya nikmat kesehatan dan waktu. Sayangnya, aku termasuk manusia yang hanya tahu tanpa benar-benar paham apalagi mengamalkannya. Iman yang hanya sampai di lisan, minim pengamalan. Hafal sekali ayat "wal 'ashr innal-insaana lafii khusr", tapi hafalan itu seperti pensil yang bujel. Kamu tahu pensil bujel? Pensil patah. Tidak bisa digunakan untuk menulis, sedangkan cara terbaik menjaga ilmu adalah dengan mencatatnya. Jadi, anggap saja aku ini sedang mengibaratkan hafalan yang tanpa pengamalan seperti ilmu tanpa catatan. 

Apakah perumpamaanku terlalu berat? 
Jika iya, kamu tentunya paham alasannya. Sudah hampir setahun kita menghadapi situasi 'sulit'. Terpaksa terkurung di rumah karena virus cantik. Cantik bentuknya seperti mahkota, tapi benar kata orang bijak, jangan melihat dari apa yang tampak. Nyatanya, virus itu benar-benar 'bencana'. Setidaknya untuk hampir sebagian besar penduduk bumi. Sisanya orang-orang yang tidak peduli. 

Jangan dulu pesimis. Tulisan ini tidak akan memperburuk suasana hati. Bagaimanapun juga, Allah tidak akan memberikan cobaan tanpa solusi. Selalu ada hikmah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup, apalagi sembari menghabiskan waktu di rumah hampir setahun. Banyak waktu yang kita miliki untuk berkontemplasi. Merenung dan mencari makna. Setidaknya itu yang bisa kita lakukan agar tetap waras dan bijak mengambil sikap. Tenang dan netral, tapi netral bukan berarti tak berpihak.

Jadi, jika tulisan ini terlihat sok bijak dan berat, mungkin karena terlalu lamanya aku merenung di rumah. Sama seperti orang-orang terdahulu yang menyendiri di hutan atau gua untuk bersemedi. Tidak perlu terlalu serius membacanya. Ini hanya tulisan dari orang yang mendadak bijak karena keadaan. Seorang netizen yang terlalu sering membaca komentar dan seolah tahu segalanya.

Pada momentum seperti ini, kita 'dipaksa' untuk mencari celah-celah bahagia dan syukur. Jadi anggap saja tulisan ini sebagai penghibur dari seseorang yang juga sedang menghibur diri dan mencoba bersyukur masih diberi waktu dan kesehatan. Dua hal yang setahun ini menjadi sangat berharga. Teguran keras dariNya. 

Masih 60 menit lagi sebelum deadline berakhir. Banyak hal yang ingin ditulis, tapi waktu yang sudah tak mendukung. Mungkin ini rasanya nanti jika diri merasakan waktu akan segera habis. Masalahnya, iman ini tipikal iman yang naik turun. Jadi, bisa saja kematian datang sedetik kemudian tanpa persiapan. Berbeda dengan mereka yang mendapatkan keistimewaan dariNya dan meninggalkan dunia ini dengan sebaik-baiknya keadaan. Ugh! Lagi-lagi aku tertampar. 

Jadi, 2020 ini apa kabar? 
Penuh tamparan. 

Bersyukur masih menjadi bagian dari mereka yang setidaknya percaya realita. Bersyukur masih diberikan keluarga yang utuh. Bersyukur masih bernafas. Bersyukur masih bisa diberikan kesadaran untuk bersyukur. 

Bersyukurlah teman-teman.. 
Setahun ini begitu berat tapi rasanya waktu berjalan sangat cepat. Beberapa menit lagi, setelah tulisan ini selesai (baca : harus segera dikirim), jarum jam akan kembali ke awal. Hari baru akan dimulai. Pagi akan menyapa kembali. 

Apakah pandemi ini benar-benar telah memberikan sebuah peringatan atau masih menghadirkan gerutu dan kekesalan (?)

Apakah pandemi ini sebuah malapetaka atau nikmat dariNya (?)

Apakah teman-teman bahagia?
Apakah ada mimpi yang ingin dicapai tahun depan (?) Kata mereka yang ahli pandemi, keadaan ini masih akan bertahan. Jadi, kita harus bisa lebih bertahan. Bertahan itu lebih sulit daripada meraihnya, bukan? Tersebab tulisan ini tentang catatan akhir tahun, bertahanlah sampai tahun depan. Setidaknya kita telah berhasil melalui satu tahun ini dengan raga yang masih berjiwa.

Tidak!
Tahun depan terlalu lama. Maut bisa datang kapan saja, tapi untuk urusan akhirat, kita harus berpikir jangka panjang. Jadi, bertahanlah untuk mencari bekal akhirat yang lebih banyak.

Tunggu..!
Kita sudah melewatinya. Satu tahun dengan pandemi sudah kita lewati di kalender revolusi bulan pada bumi (baca : hijriyah). See? Semua tergantung darimana kita mengambil sudut pandang :) 

Laa tahzan! Jangan bersedih ๐Ÿ˜Š
Bertahanlah! Tersenyumlah!

Banyak cara untuk bertahan dan bersyukur. Tulisan ini contohnya. Hari ini aku merangkai kata menjadi kalimat dan akhirnya menjadi sebuah tulisan kilat karena aku ingin setidaknya dua jam waktuku mungkin bisa membuatmu tersenyum dan mengingat, bahwasanya Allah Maha Pemurah dan Penyayang. Semua nikmat yang kita dapatkan di dunia ini hanyalah satu dari seratus nikmat Allah. Sembilan puluh sembilan nikmat, Allah simpan disisiNya hanya untuk hambaNya yang beriman. 

Romantis sekali, bukan? :')

Pandemi ini seharusnya dapat membuat kita menghargai setiap detik yang terlewat hingga hari ini, walaupun itu hanya terbatas berada di ruang yang 'mengurung' kita hampir setahun.

Apakah setahun ini engkau bahagia? 

Aku bahagia. Bahagia atas semua yang Allah berikan. Bahagia atas sedih dan nestapa. Bahagia atas anugerah kesehatan. Bahagia atas nafas. Kebahagiaan maupun kesedihan yang kita rasakan sampai detik ini menandakan kita masih hidup. Masih diberikan nikmat atas waktu dan kesehatan.

Alhamdulillah, Allah masih memberiku kehidupan. Masih bisa menulis ini untukmu. Merindukan bertemu denganmu, merindukan keluargaku. 

Alhamdulillah jantungku masih berdetak dan masih bisa merasakan semua perasaan ini. Perasaan yang tak bisa kita salahkan karena dengan begitu kita dapat lebih menghargai kebahagiaan. Kita tak bisa menyalahkan petaka karena dengan itu kita belajar untuk lebih sabar dan dewasa. Kita seharusnya bahagia dengan hari ini dengan waktu yang terasa berjalan cepat, tapi menampar dan mengingatkan pada tujuan utama kita diciptakan. Pada akhirnya, kita semua pasrah. Ada yang pasrah dengan tawakalnya, ada pula yang pasrah dengan ketidakpeduliannya. Itu pilihan. 

Usai menulis ini, aku akan tidur. Berselimut hangat di sebelah mereka yang selama ini ikut terkurung di sini. Bosan? Tidak. Rumah ini yang melindungi kami dari hujan, angin, terik mentari, dan semoga pula melindungi kami dari pandemi.
Melindungi kami. Melindungimu. 

Bukankah semua ini hal sederhana? :)

Hidup terlalu indah untuk disesali. Hidup terlalu singkat untuk hanya kita isi dengan keluh. Meskipun banyak hal yang tertulis tentang semua mimpi kita belum terengkuh, namun bahagia itu dekat. Sangat dekat sampai seringkali kita lupa semua itu adalah kebahagiaan. 

Kebahagiaan itu dekat saat kita bisa bersyukur. Semakin dekat dan selalu dekat apabila seluruh hidup kita senantiasa mendekat pada Sang Maha Segala Maha.
—Allah ุนุฒ ูˆ ุฌู„.

๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ 



00.00
May almighty Allah grant you and your families happiness and good health

๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ

Narrated Abu Huraira: I heard Allah’s Messenger (๏ทบ) saying, Allah divided Mercy into one hundred parts. HE KEPT NINETY NINE PARTS WITH HIM AND SENT DOWN one part TO THE EARTH, and because of that, its one single part, His Creations are merciful to each other, so that even the mare lifts up its hoofs away from its baby animal, lest it should trample on it.” [Bukhari](https://sunnah.com/bukhari/78/31)

ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…ُ ๏บ‘๏บŽ ๏ปŸ๏บผ๏ปฎ๏บ๏บ. ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ู…ุณุชุนุงู†


Senin, 21 September 2020

IMAN, ADAB, ILMU, AMAL

Posted by annisa ratu aqilah at 1:15:00 PM

Apa yang terkesan di pikiran Anda saat membaca empat kata di atas? 

***

1028 hoaks tersebar di berbagai platform media sosial terkait disinformasi tentang virus corona (Covid-19) dalam kurun rentang waktu Januari hingga Agustus 2020 menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). 

Baru-baru ini, di tengah pandemi yang belum mencapai puncak, kita kembali dikejutkan dengan kasus mutilasi. Youtube— tempat pelaku belajar bagaimana teknik memotong tubuh manusia dengan sempurna. Ilmu yang salah diamalkan karena tanpa adanya adab dan iman. Sedih rasanya saat membaca tentang perubahan pelaku dan bagaimana orang-orang bercerita tentangnya. Ibarat film, sebuah plot twist  yang tidak terduga dan hanya atas kehendakNya semuanya menjadi demikian. Kita manusia, hanya berusaha agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa. 

Whatsapp, facebook, tinder, youtube, instagram, telegram...

Teknologi yang membuat semua informasi ini serba capat diakses tanpa batas, rupanya juga membawa sisi gelap bagi manusia dan alam. Allah subhanahu wa ta'ala pun telah menerangkan peristiwa ini di dalam Al Quran surat Ar Ruum [30] ayat 41 :

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allรขh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"

***

"9 dari 10 pengguna internet di Indonesia menonton youtube", ungkap Muriel Makarim, Head of Large Customer Marketing Google Indonesia. 

Pertumbuhan viewers youtube yang didominasi oleh konten edukasi tentunya tidak terlepas dari diadakannya pembelajaran online di Indonesia akibat dampak dari pandemi. Namun, youtube juga memiliki sisi gelap kemajuan teknologi. Banyak konten yang dapat diakses dengan mudah dan membawa dampak buruk. Pun ketika kita menengok di trending topic Indonesia, bisa dilihat bagaimana 'buruknya' kualitas tontonan sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Hoaks, gimmick, pansos. Ungkapan-ungkapan baru yang muncul bersamaan dengan banyaknya kreator yang mengedepankan konten, mengesampingkan konteks. Apapun bisa dijadikan konten. Memutar balik fakta, dibungkus dengan editing yang menarik dan mengutip kalimat tokoh bahkan mencocok-cocokkannya dengan ayat-ayat Allah.

***

Masih teringat di benak saya saat peristiwa halocline di laut madura, peristiwa suara dentuman di beberapa daerah di Jakarta, peristiwa daging kurban yang bisa bergerak sendiri, maupun peristiwa awan lurus di atas langit Yogya. Video dengan mudahnya tersebar yang kemudian dibumbui kalimat-kalimat tak bersumber. Melakukan cocokologi tanpa dasar. Semua peristiwa yang di luar nalar manusia seringkali menjadi bahan hoaks yang berbahaya, terlebih jika sudah dikaitkan dengan tafsir menafsir ayat. 

Para ahli tafsir terdahulu sangat berhati-hati dalam menafsirkan setiap ayat-ayat Allah. Padahal mereka menguasai bahasa arab, salah satu ilmu wajib yang perlu dikuasai untuk memahami dan melakukan penafsiran. Hal itu dikarenakan mereka telah memahami bahwasanya ada adab sebelum ilmu dan iman sebelum adab. 

***

Kita yang mengalami dan melihat peristiwa di luar nalar tentu saja seolah langsung diingatkan dengan kebesaran Allah. Keheranan yang diungkapkan dengan menyebut-nyebut asmaNya yang agung. Salah? Tidak. Bahaya? Iya. Bahaya jika kemudian ada orang yang imannya masih lemah dan mencoba menampiknya dengan akal pendek dan logika-logika manusia yang terbatas. Kemudian memunculkan keraguan kepada ayat-ayat Allah karena penafsiran dan cocokologi yang sudah tidak sesuai sejak awal.

***

Kita hidup di zaman ketika semua bisa menjadi viral seketika. Teknologi yang canggih tanpa adanya kemampuan menahan nafsu diri dan jari akan membawa dampak buruk tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga orang lain. Tidak semua hal bisa disebarluaskan, bahkan aib sekalipun, dalam islam kita telah diajarkan untuk saling menjaga dan menutup aib sesama.  

Apakah hanya itu? 
Tidak. Semua orang dapat berperan sebagai penyebar hoaks dan menjadi pemicu perilaku orang lain. Kekuatan aksara. Pentingnya kesadaran akan kekuatan literasi. Apa yang kita tulis, sekalipun itu hanya di blog, suatu saat akan dapat dibaca orang lain. Pelaku dalam mutilasi kalibata pun memiliki sebuah blog. Tulisan-tulisannya tersusun rapi dengan kemampuan literasi yang baik. Salah satu tulisannya menuturkan tentang bagaimana hidupnya dulu berubah setelah membaca kisah tentang Bangsa Viking. 

Artinya apa? 
Berhati-hati dalam menulis. Apapun itu. Chat sekalipun. Setiap huruf, kata, dan kalimat yang tertulis, meskipun terhapus, teknologi dapat mengembalikannya. Jejak digital akan selalu ada.

Sudah banyak kita melihat kejatuhan tokoh publik yang disebabkan karena tulisan masa lalunya. Aksara yang mereka tulis beberapa puluh silam, meskipun kemudian mereka telah berubah, namun rekam jejak digital tidak tebang pilih. Masyarakat juga dengan mudahnya akan berkomentar. Sebuah fonemena dari mudahnya kita menulis aksara demi aksara tanpa berpikir panjang terhadap akibatnya. 

***

"Ikatlah ilmu dengan tulisan". Sering kita membaca kalimat itu. Maksudnya tak lain adalah menulis. Sebuah metode yang kemudian diadopsi untuk metode pembelajaran montessori. "The hand is the instrument of the mind.” . Apa yang tangan lakukan, otak akan merekamnya. Jadi, kegiatan menulis dan mencatat ilmu adalah salah satu cara terbaik untuk semakin memahamkan kita pada ilmu yang sedang kita pelajari.

Masalahnya adalah ketika pengetahuan akan literasi masih rendah. Orang hanya akan mencatat dan menulis sesuai apa yang mereka lihat dan terima, tanpa lebih dahulu memeriksa keaslian dari tulisan yang menjadi sumber catatannya. Opini yang dibangun dengan kemampuan literasi yang rendah tidak hanya menjadi tulisan yang kurang nyaman dibaca tapi juga menjadi tulisan yang menyesatkan pembacanya. Kekuatan aksara di dalam sebuah novel pun kadang bisa menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindakan kriminal. Kemampuan menyusun aksara yang dapat menghipnotis pembaca itulah, jika tanpa dibekali dengan adab dan iman terlebih dahulu, hanya akan melahirkan tulisan-tulisan berkualitas tapi menyesatkan.

Ilmu sebelum amal.
Adab sebelum ilmu.
IMAN sebelum adab. 

Kuatkanlah pondasi iman dalam diri seperti layaknya akar pohon kurma yang kuat menghujam ke tanah. Orang yang beriman akan memahami pentingnya memiliki adab dan orang yang beradab akan selalu berhati-hati dalam mengambil setiap ilmu dan mengamalkannya. Sesungguhnya semua perbuatan kita akan ada masa pertanggungjawabannya.

".....Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali,..."
(QS. Al An'am : 164)

Wallahu'alam bisshowab.






Jumat, 21 Agustus 2020

fiksi : SINGULARITY

Posted by annisa ratu aqilah at 9:55:00 PM


Hu..hu..hu..
Malam itu, Mibu terisak menahan tangis. 

"Kamu kenapa, Mibu? Kenapa menangis?", Mona bertanya dari kejauhan. 

"Aku sedang sedih, Mona"

"Iya, aku tahu. Biasanya menangis itu karena sedih, tapi sedih kenapa?"

"Aku... aku.. aku sedih karena aku tidak secantik kamu, Mona. Banyak yang mengagumi kamu dan melupakan aku..hu hu hu..."

"Siapa bilang?"

"Aku tadi yang bilang barusan.  Kamu nggak dengar ya apa yang tadi aku katakan?!?"

"Hahaha.. Kamu kok masih sempat-sempatnya sih ngelawak, Mibu. Maksud aku itu, siapa yang mengatakan kalau kamu itu jelek? Di mataku, kamu cantik, Mibu. Semua orang juga sangat membutuhkanmu"

"Tapi semua orang melupakan aku. Mereka membutuhkanku, tapi mereka tidak merawatku. Mereka menyukaimu. Padahal seharusnya, kalau mereka menyukaiku, mereka juga seharusnya merawatku"

"Iya ya... Sedih ya, Mibu... Kalau dipikir-pikir, sekarang saat aku melihatmu, kamu tampak lebih... uhm.. Maaf ya, Mibu. Tapi kamu terlihat lebih... Uhm.. Tu...a, Mibu".

"HUWAAA.... Kamu kok tega, Mona! Aku sedang sedih tambah dibuat sedih"

"Maaf Mibu, tapi aku nggak mau menghiburmu dengan kebohongan. Kamu memang terlihat lebih tua dan keriput"

"HUWAAA...HUHUHUHUHU..."

***

Pagi datang. Sinar mentari hari itu begitu panas menyengat. 

"Pagii, Mibuuuu!", teriak Sunny menyapa Mibu yang tampak lesu.

"Pagi, Sunny", Mibu menjawab lemah.

"Loh! Kok lesu sih jawabnya, Mibuuu..! Semangat dong! Hari ini cerah sekali kan? Kita harus semangat dan bahagia!"

"Tapi aku sedang tidak bahagia dan tidak bersemangat, Sunny. Aku sedang sedih..", Mibu menimpali perkataan Sunny.

"Bahagia itu tidak dicari, Mibu. Bahagia itu dari kita sendiri. Kalau kamu sekarang sedang bersedih, berarti kamu harus berusaha untuk lebih bahagia. Pasti ada deh sesuatu yang membahagiakan untukmu", Sunny masih berusaha menghibur Mibu dengan kata-katanya yang penuh semangat.

"Kamu memang pintar bicara, Sunny. Tapi bicara aja memang mudah. Coba kamu kalau sedang sedih seperti aku, pasti juga akan seperti ini.."

"Uhm.. Iya, tapi...ah! Ya sudahlah.. Kadang kita memang merasakan hidup di bawah, mungkin sekarang kamu sedang di fase itu, Mibu. Semoga kamu segera menemukan secercah semangat baru ya..!"

Sunny perlahan meninggalkan Mibu yang masih terdiam merenung dengan wajah tertunduknya.

***

Sraak..sraaakk..sraakk..
Suara gesekan rumput yang beradu dengan hembusan angin malam. Langit tampak lebih cerah dari biasanya. Bintang-bintang terlihat lebih gemerlap. Bulan membentuk lingkaran sempurna, purnama. 

Sesosok anak laki-laki berdiri menatap langit. Sesosok lainnya merebahkan diri beralaskan ilalang. 

"Rebahan sini! Lebih indah menatap langit dengan cara seperti ini", kata salah seorang pemuda itu sembari menarik lengan temannya.

Bruuk!
Tak berapa lama, dua orang pemuda asing tadi sudah merebahkan tubuh mereka di tengah padang ilalang. Terdiam, menatap langit dengan jutaan bintang.

"Lihat di sana! Itu rasi bintang Scorpio!"

"Kamu percaya dengan rasi bintang?"

"Maksudmu?"

"Itu syirik!"

"Haha! Kamu jangan kaku seperti itu! Aku tidak bicara tentang kepercayaan orang tentang rasi bintang. Aku di sini sedang menikmati ciptaan Allah. Bintang itu kan juga ciptaan Allah. Mungkin maksud kamu itu zodiak. Kalau itu maksudnya, jelas itu syirik, tapi aku mengajak kamu ke sini untuk menikmati langit dan melihat ciptaan Allah yang indah ini. Yaah.. anggap saja refreshing. Tidak banyak orang kan di sini? Hanya kita berdua. Tetap jaga jarak, pakai masker, aman!"

"Apa menariknya? 

"Tentu saja menarik! Kita selalu sibuk dengan urusan dunia. Saat seperti ini kadang kita butuhkan untuk bisa kembali on track. Kamu juga pasti sudah jenuh dengan keadaan saat ini kan? Coba lihat itu! Bintang-bintang itu, bulan, bahkan bumi yang sedang kita injak ini. Semua beredar di garis edarnya masing-masing. Keluar sedikit aja dari jalurnya, kita sudah kiamat!" 

"Sebenarnya, maksudmu apa mengajakku ke sini?!"

"Bukannya kamu kemarin mengeluh karena hidupmu mulai membosankan? Aku membawamu ke sini untuk menghiburmu"

"Lebih tepatnya mendengar kuliahmu...?"

"Hahaha.. Ya, bolehlah kalau kamu menganggapnya begitu. Aku baru saja selesai membaca buku keren karya Abdurrahman Al Sufi, The Book of Fixed Stars! Kamu harus baca itu. Itu buku bagus banget!"

"Karantina membuatmu membaca buku aneh-aneh ya? Buku tentang apa memang?"

"Hahaha.. Iya, daripada nggak ada kerjaan kan di rumah aja. Buku tentang rasi bintang. Gara-gara buku itu, aku mulai menikmati langit saat malam. Melihat bintang-bintang, mengikuti pola bulan, dan gara-gara kamu curhat kemarin, aku juga sempat berpikir, kenapa kita harus mengalami kejadian ini.."

"Kenapa?"

"Yaa..  Anggap saja kita seperti bintang-bintang itu, sedang beredar di garis edarannya. Mungkin bagi kita ini semua tampak membosankan dan sia-sia, tapi kalau kita mau lebih merenungkannya lagi, pasti selalu ada maksud dari semua ini. Enjoy aja. Tetap lakukan dan berusaha yang terbaik".

"Tapi.. Kamu mungkin benar. Akhir-akhir ini aku mengalami insomnia dan tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal. Seharian penuh aku berusaha menyibukkan diri agar lupa dengan kondisi kita saat ini, tapi saat malam tiba, pikiranku jadi kacau, hanya lelah yang tersisa. Rasanya semua yang kulakukan seharian itu tidak ada gunanya...".

...

"Tapi saat ini, rasanya menenangkan sekali. Meskipun aku masih khawatir besok akan seperti apa. Namun, setelah mendengar ucapanmu, sepertinya memang ada benarnya. Betapa kecil kita ya.. Rasanya langit itu seperti mau runtuh.."

"Iya. Waktu aku menatap langit seperti ini, pikiranku jadi lebih tenang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Kalau sudah seperti ini, ya... dinikmati saja kan?"

Obrolan dua pemuda itu terus berlanjut hingga bulan menghilang di balik awan. Tampaknya, hujan akan mengguyur bumi malam itu. Hembusan angin mulai terasa dingin menusuk tulang. Perlahan, tetesan hujan jatuh, meninggalkan petrichor yang menyeruak ke udara. 

***

Huhuhuhuhu....

"Kamu masih menangis, Mibu?", Mona menyapa Mibu dari balik awan kelabu.

"Iya, tapi kali ini aku menangis bahagia".

"Apa yang membuatmu bahagia sampai menangis seperti itu?"

"Kamu dengar tidak percakapan dua pemuda tadi? Aku jadi teringat kata-kata Sunny kemarin, sepertinya, aku sama dengan salah seorang pemuda itu".

"Maksudmu?"

"Aku pikir, Tuhan tidak adil padaku. Dia membuatmu seindah itu dan Sunny begitu sangat bersemangat, sedangkan aku? Aku pesakitan. Orang-orang bahkan sudah lama berusaha mencari tempat penggantiku, tapi mungkin ini semua terjadi agar orang-orang itu sadar kalau aku juga bisa terluka. Kalau mereka juga harus merawatku dengan baik".

Mona tersenyum mendengar ucapan Mibu, "Syukurlah kalau kamu sudah menyadarinya, Mibu. Kita semua sudah memiliki maksud dan jalan penciptaannya masing-masing, Mibu. Kadang kita memang bisa kehilangan arah, tapi selama kita bisa menemukan tujuan penciptaan kita kembali, semua akan baik-baik saja. Semangat Mibu!! Kamu pasti akan segera sembuh!! Aku lihat orang-orang mulai bosan dan juga sadar dengan kesalahan mereka. Semua akan berakhir dengan indah!"

"Iya! Terimakasih, Mona! Aku sekarang sudah merasa lebih baik!"

***

"Dan tidaklah orang-orang kafir itu melihat bahwa sama’ (ruang-waktu) dan ardh (ruang-materi) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.” 
(QS. Al Anbiya : 30)







Senin, 20 Juli 2020

HARMONY OF LOVING YOU (HOLY)

Posted by annisa ratu aqilah at 12:21:00 AM

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

SHE

Aku sudah mengatakannya, kemarin, saat aku sangat murka, tentang kepura-puraanku menerima perjanjian ini bersamanya. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Mungkin kecewa, marah, atau bingung, seperti mayoritas lelaki di dunia ini, mereka hanya diam saat wanitanya marah. Konyol. Aku berkata sampai beratus juta kata bukan hanya untuk didengarkan.

Mencintai itu sulit, siapa yang bilang mudah? Hah! Terlalu banyak sekarang pasangan muda yang menebar romantisme mereka dengan kalimat-kalimat indah. Memajang foto sekedar genggaman tangan bercincin atau bahkan wajah. Menebarkan kebaikan kata mereka, tapi dengan mengumbarnya, memberikan harapan-harapan tinggi pada muda-mudi. Berharap memiliki jodoh yang sama-sama baik, padahal yang baik untuk orang lain belum tentu baik untukku. Bodohnya aku, terjebak impian-impian bias dari orang asing yang sekedar kupandangi hidupnya di layar. Menerima mimpi tentang indahnya menikah muda. Lalu sekarang apa? Apa ini?? Cinta tidak semudah mengucap akad. Tidak seindah foto-foto pernikahan. Cinta?? Apa itu cinta?! Tidak cukup memiliki cinta untuk mencintai seseorang. Tidak akan pernah cukup. Dia akan selalu penuh dengan kekurangan. Dia akan selalu seperti itu meskipun aku tidak menyukainya. Katanya cinta, tapi kesalahan sama terulang, diulang, dan terus dilakukan. Apa salahnya aku marah? Ini semua demi kebaikan bersama kan? Apa salahnya aku murka? Siapa yang bisa menjamin semua murka ini pada akhirnya bisa mengikis cinta? Banyak contohnya, tapi kenapa aku harus bertahan sampai sekarang....

Ya, hanya karena Allah tidak menyukainya. Rabbku tidak menyukainya. Lalu aku?? Bagaimana hatiku?

Sesak ini? 
Amarah ini?
Kecewa ini? 

Aku harus patuh padanya? Pada lelaki yang telah 'membeliku' ? Pada laki-laki yang selalu membuat kesalahan yang sama seperti itu? 

Surga katanya. Balasan untuk istri yang taat. 
Lalu bagaimana hatiku? 
Aku tak bisa menceritakannya ke orang lain. 
Menjaga harkat dan martabat, aku mendengarnya dari kajian pernikahan tempo lalu, tapi... 

Aku seorang perempuan.
Bukankah aku tulang rusuknya? 
Bukankah dia tempat satu-satunya aku bisa menyandarkan kepala?
Bukankah dia berjanji akan terus menjagaku hingga akhir hayat?
Bukankah dia dulu berjanji akan membahagiakanku dan bersama-sama ke surga?

Apa aku tak boleh protes?
Apa protes dan marah membuatku durhaka padanya?
Lalu membuatnya tak ridho dan akhirnya Allah pun tak meridhoiku? 

Lalu hatiku?
Perasaanku?
Amarahku?

Malam ini gerimis. Langit seperti sedang menangis bersamaku. Sudah hampir tiga hari rumah ini seperti sarang hantu. Bagaimana bisa dia hanya diam seperti itu dan tak maju lebih dulu. Apa dia lupa kita sudah memiliki anak-anak? Apa dia lupa kejiwaan seorang istri itu bisa berdampak pada anak-anaknya? Kenapa dia tak berusaha membuatku waras. Apa dia tak tahu bagaimana lelahnya aku  selama ini menahan murka dan harus tetap bekerja dan mengasuh anak-anaknya? 

AAAARRGGGHHHHH!


๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™๐Ÿ’™

HE

Anonim
Sunday, 24 October 2015
01.57 WIB

Aku tak habis pikir, kenapa perempuan bisa seperti roller coaster. Sebentar tersenyum, sedetik kemudian marah tanpa kejelasan. Kenapa tak langsung saja berkata, apa dia pikir aku ini peramal yang bisa membaca pikiran. Romantisme bukan sebatas peka. Masalah kecil diperbesar, masalah besar ditambah besar. Heran.


๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ

Klik!

Ah.. Konyol sekali aku dulu :)

"Kenapa senyum-senyum sendiri?"

"Ah, enggak. Baru baca tulisan cinta yang penuh kebencian. Konyol kan?"

"Kok konyol? Memang tulisan apa? Cinta penuh kebencian? Bukankah itu kontradiktif sekali ya?"

"Iya, makanya konyol. Tulisan orang yang haus cinta tapi sedang murka itu konyol..., ketika dibaca setelah sekian waktu lamanya..."

"Tulisanmu?"

....

"Iya.." :)

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Kamu hapus?"

"Enggak. Belum..."

"Kenapa?"

"Karena perasaan yang tertuang di sana belum selesai. Mereka belum baikan di sana. Mungkin saja ada yang menanti akhir cerita mereka karena cerita cinta tapi benci itu terlanjur dibaca makhluk bumi"

"Pengalaman pribadi?"

"Menurutmu?"

"Ii..ya...?"

"Bukan, itu novel.."

"Tapi mayoritas novel itu pasti ada unsur realita yang diberi bumbu penyedap"

"Hahaha.. Apa kita sedang membahas makanan sekarang?"

"Aku serius. Aku jadi penasaran. Tulisan apa itu?"

"Tulisan tentang perselisihan suami istri.."

"Kita..?!"

"Hahaha.. Bukan. Aku tidak sekonyol itu menuliskan kisah romatisme kita ke dunia."

"Lalu? Darimana inspirasinya?"

"Dari kita...? Mungkin..?" :)

"Ha?!"

"Kenapa?"

"Apa kita pernah bertengkar seperti itu?"

"Apa menurutmu kita harus mengalami pertengkaran seperti itu baru bisa aku menulis akhir ceritanya?"

"Tentu saja tidak. Siapa orang aneh yang mengharapkan pertengkaran.."

"Tapi kita tidak pernah tahu juga apa yang akan terjadi esok. Semua kemungkinan bisa terjadi.."

"Kalau begitu, fokus saja dengan apa yang ada dihadapanmu sekarang. Lakukan sebaik mungkin, semampumu, lalu pasrahkan hasil akhirnya pada Yang Kuasa"

"Menurutmu, dua orang dalam tulisan itu berakhir bagaimana?"

"Bukankah kamu Penulisnya? Jadi terserah kamu bagaimana ceritanya. Perasaan dan jalan hidup tokoh fiktif berada seutuhnya di tangan Sang Penulis. Sama seperti perasaan kita. Hati kita ini hanya milik Allah. Allah bisa kapan saja membolak-balikkannya. Sama seperti perkatanmu tadi, sekarang kita bahagia, esok tidak ada yang tahu hati ini."

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Menulislah dengan perasaan yang selalu tertaut pada pemilikmu. Pada Allah. Menulislah karena Allah. Jadi, meskipun yang sedang kamu tulis itu perasaan yang tak baik, kesedihan, atau penderitaan, orang yang membaca masih dapat mengambil pesan yang baik di dalamnya. Sekalipun itu cerita tentang suami istri yang bertengkar hingga berada di ujung perceraian. Cinta itu cobaan. Aku mencintaimu juga cobaan. Bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan dirimu kelak di depan Allah. Bagaimana aku bisa menjagamu agar bisa menjadi istri yang sholihah. Cinta tidak selalu romantis. Bukan hanya cerita bahagia, tapi juga kesedihan. Saat Allah mencintai kita, Allah juga menguji kita. Menguji seberapa kuat cinta kita kepadaNya..."

BRUKK!

"LHO? Kenapa tiba-tiba meluk?"

"Kenapa memang? Nggak boleh ya meluk suaminya sendiri?"

"Boleh-boleh aja"

"Terimakasih ya..."

"Untuk apa?"

"Untuk obrolan dan nasihat yang diberi bumbu penyedap cinta. Makan yuk?" :)

"Yuk! Ngobrol panjang jadi lapar" :)

Hahahahaha...




❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

SHE

Hahahaha... 

[To be continued]







Sabtu, 27 Juni 2020

GENAP #1

Posted by annisa ratu aqilah at 3:29:00 PM

Tuhan..
Dia adalah keindahan yang Kau jatuhkan tepat ke retina.
Sinyalnya mengusik relung nuraniku
Hingga aku mulai terpesona

Tuhan…
Dia adalah nada syahdu yang Kau perdengarkan tepat ke telinga.
Getarannya mengacau syaraf kepala
Hingga aku jatuh terlena

Tuhan…
Dia adalah kelembutan yang Kau dekatkan padaku secara tiba-tiba.
Menegakkan bulu romaku hingga bergetar jiwa raga.
Aku terpedaya.

Tuhan..
Aku tak ingin keindahan yang beriring dengan fana
Biarkan aku bersamaMu meski tidak bersamanya

Tuhan..
Aku tak ingin berteman nada jika Engkau meninggalkan.
Biarkan aku kesepian asal Engkau perhatikan.

Tuhan..
Aku tak butuh kelembutan jika siksaMu kurasakan
Ajarkan aku keikhlasan untuk melupakan
Beri hatiku keteguhan untuk bertahan

Rabu, 29 April 2020

CHECKLIST

Posted by annisa ratu aqilah at 1:28:00 AM


Ada masa ketika apa yang ada tiada bernilai, Allah mencukupkan hati kita dengan iman dan kesyukuran. Ingin hanyalah fana, butuh adalah beda. Mereka yang telah selesai dengan inginnya, akan lebih mudah untuk melegakan diri. Ikhlas? Butuh lebih banyak keberanian untuk memberikan label itu, tapi perjalanan hidup tidak serta merta langsung berubah, bukan? Iman seperti benih yg kita tanam sejak kecil, terlalu banyak air tidak baik, tanpa air pun akan mati, jadi... Memupuk iman dalam pembiasaan baik itu baik.

Take a time, we really need to take a time. 

Iman bukan perlombaan tapi marathon kehidupan. Kamu yang terlalu memaksakan untuk lari sepenuh tenaga sejak awal akan merasakan beratnya lelah di tengah perjalanan.

Kadang hidup akan menurun, atau setidaknya usahakan hanya melandai. Kita hanya mampu berikhtiar dan bertawakal, namun hidayah dan keimanan pun juga memilih tuannya. 

Pendaki gunung yang bijak akan tahu, kapan dia harus menggunakan tenaganya. Charging? Ya, hidup kita selalu butuh charging, tapi hidup kita juga limited edition. Kenapa begitu yakin akan selalu sampai pada masa-masa charging saat kamu tak pernah tahu kapan usiamu berakhir.. 

That's why we need to maximize this time to ibadah. 

Ah.. Okay.
That's okay. Good. 
Just take a time to falling in love with it deeply, not just to fulfill your daily routine activity. 




Kamis, 16 April 2020

JEDA

Posted by annisa ratu aqilah at 12:47:00 PM
"I need a time to think about it, alone... "
"Just a moment, please.."

***

Sering kita menjeda sesuatu untuk menunda. Padahal jeda seharusnya tetap berusaha agar bersegera. Entah itu mengambil keputusan, menyelesaikan sengketa, dan atau mengungkapkan kegundahan. 

Jeda bukan pengalih diri dari masalah.
Jeda ibarat jembatan antara otak kanan dan kirimu agar sefrekuensi, sehingga apapun yang kamu putuskan, selesaikan, dan katakan setelah menjeda, benar-benar buah dari pertimbangan akal dan naluri.

Jeda bukan jalan untuk lari.

Kamu bisa menjeda ruang.
Dan (mungkin) bisa menjeda waktu.
Tapi ruang dan waktu yang seolah kamu jeda itu, suatu saat akan bertemu, bertumbukan.

Saat itulah kamu baru menyadari, kamu bukan menjeda, tapi menunda dan lari dari realita.

Lalu bagaimana?
Saat kini kamu akhirnya sampai di ujung dari bertumpuk penundaan. 

Hadapi.
Seperti hutang yang harus kamu bayar, seberat apapun itu, jangan berusaha untuk membuang pandang. 

***

Jadi, setelah baru 2 bulan, kita merasakan teguranNya...

Adakah jeda yang sebenarnya kamu tunda?

Adakah sesuatu yang seharusnya dari dulu kamu segerakan?

Adakah 'hutang' yang belum kamu bayar?

*** 

Magelang, di suatu siang saat menjeda.
1245



Rabu, 15 April 2020

TIME IS NOT HEALER

Posted by annisa ratu aqilah at 7:17:00 PM
Time is not healer, it is you. 

***

Jika ada yang mengatakan waktu adalah penyembuh dan penyimpan jejak..,

bukan.

Kamulah yang dapat menyembuhkannya sendiri dan akal serta hatimu yang harus memutuskan akan bagaimana. 

Seberapa lama pun kamu menunggu agar waktu menyembuhkanmu, tanpa kamu berusaha untuk menerima dan melakukan perubahan dengan melangkah ke depan, nothing happen. 

Ya, mungkin banyak hal yang akan berubah, tapi tidak dengan kamu. Kamu terperangkap dalam waktu, usiamu berkurang, jantungmu masih berdetak, tapi esensi hidupmu berhenti. 

Hanya kamu yang dapat menyembuhkan lukamu sendiri, tentu saja dengan kembali. 

Pada pemilik hatimu.
Pemilik hidupmu.

***

Magelang, 1837
After hurricane

Selasa, 07 April 2020

MENULISLAH YANG BAIK atau DIAM

Posted by annisa ratu aqilah at 10:38:00 PM
Influencer itu berat.
Menulis itu berat. 

Jangan sampai tujuan kita menyemangati orang lain harus mengorbankan terbukanya rahasia yang sudah Allah simpan untuk kita

atau..

Tak sengaja yang kita tulis justru membongkar apa-apa yang seharusnya tetap kita jaga. 

Nama pelaku aja seringnya hanya inisial, kenapa justru ada yang bangga menjadikan kehidupannya yang buruk sebagai teladan orang (?)

Yes, agar orang bisa mengambil hikmahnya, tapi... Worth it kah? Apalagi yang kamu bawa di tulisan itu adalah orang lain, bukan cuma kamu seorang. Parahnya, kamu 'korban', dia 'tersangka'. Kamu merasa HAMmu dilanggar, tapi kamu juga melanggar HAM orang. Muter aja di situ kan? Nggak kelar-kelar

Ada yang nulisnya haluuuus sekali.
Ada yang medhook biangett.
Ada yang sarkas satire penuh dengan retorika.
Ada yang wes kono embuh, bahasa apa aja dipake.

Itu keunikan.
Tapi...,
Menulis juga memiliki batas-batasnya. 
Bangga gitu ketika orang berubah jadi lebih baik dengan melihat keburukan atau bagian dari hidupmu yang sebenarnya terjaga dengan baik...(?)

Kurang men-drama-kah sampai harus membongkar rahasia bersama?

Sudah mendapat ijinkah kamu untuk menceritakan itu kepada semesta?

Mikir!


#sarkasisON

©amiharmoni
Magelang, 7 April 2020
Di tengah² serangan corona




Kamis, 02 April 2020

WAKTU, CINTA, dan UJIAN

Posted by annisa ratu aqilah at 11:56:00 PM
Waktu akan membiasakan cinta.

Mengubah romantisme menjadi rutinitas. Mengubah yang sempurna menjadi penuh cela. Mengubah 'terimakasih' menjadi 'maaf'. Mengubah perasaan, jika tidak terawat dan dijaga.

Pertemuan akan menguji cinta.

Memastikan apakah perasaan masa lalu masih sama, bertambah, atau justru berkurang. Memastikan apakah hati masih pada tempatnya atau tergoyahkan.

Perpisahan akan menerjemahkan cinta. Menyimpulkan apakah rasa tetap tertinggal atau berangsur hilang. Menyimpulkan apakah kita benar saling sayang atau sekedar kekaguman. Menumbuhkan penyesalan atau justru kesyukuran.

Ketika hari itu tiba, semoga kita takkan menyesal dan tetap saling cinta. Tak tergoyahkan. Tak tergantikan.

Tersebab perpisahan adalah pasti. Saat itu terjadi, semoga cinta kita tetap abadi

Magelang, 221117-457

 

ANNISA RATU AQILAH Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez