Selasa, 01 Maret 2016

Kajian : MUWASAFAT TARBIYAH : BERWAWASAN LUAS

Posted by annisa ratu aqilah at 12:16:00 PM
Muwasafat tarbiyah adalah sepuluh sifat-sifat yang semestinya ada pada diri seorang muslim untuk menjaganya selalu dalam kebaikan, yaitu kebaikan yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan kebaikan yang dapat menjadi kebaikan pula bagi orang lain di sekitarnya. Sehingga menjadi orang baik saja tidak cukup, tetapi juga harus mampu membawa kebaikan untuk orang lain. Belum dapat dikatan baik seorang muslim jika kebaikannya belum bisa membaikkan orang lain. Salah satu dari sifat/ciri seorang muslim adalah LUAS PENGETAHUAN (Mutsaqqafal Fikri).

Seorang muslim yang memiliki wawasan/pengetahuan luas adalah seorang muslim yang mampu memahami dan mengerti bebagai hal, meskipun tidak semua wawasan tersebut dipahami secara detail dan mendalam. Secara inti, ada tiga wawasan yang dibutuhkan dalam hidup seorang muslim.

  1. Wawasan untuk menilai sesuatu
  2. Wawasan untuk memutuskan sesuatu
  3. Wawasan untuk melakukan sesuatu

WAWASAN UNTUK MENILAI SESUATU

Wawasan yang luas diperlukan oleh seorang muslim untuk menilai sesuatu sehingga seorang muslim dapat menilai sesuatu dengan BENAR karena untuk menilai suatu berita apapun dengan benar dibutuhkan wawasan yang luas. Seseorang dapat menilai dengan salah karena tidak memiliki wawasan yang utuh, akibatnya berita/masalah yang ada justru semakin keruh.

WAWASAN UNTUK MEMUTUSKAN SESUATU

Wawasan yang luas diperlukan seorang muslim untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Seorang muslim yang memiliki wawasan luas dapat menilai segala sesuatu dengan benar dan kemudian memutuskan mengerjakan yang baik. Wawasan yang luas dapat membantu seorang muslim memutuskan untuk mengambil kebenaran dan mengerjakan kebaikanmembuang kesalahan, dan kemudian meninggalkan keburukan.

WAWASAN UNTUK MELAKUKAN SESUATU

Wawasan yang luas diperlukan seorang muslim untuk dapat melakukan segala hal yang telah dinilai benar dan diputuskan menjadi sebuah kebaikan. Ada seorang yang mempunyai wawasan untuk menilai dengan benar dan memutuskan dengan yang baik, namun tetap melakukan hal sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi jika seorang muslim hanya meluaskan wawasan akalnya saja, sedangkan wawasan luas yang harus dimiliki oleh seorang muslim itu tidak hanya wawasan akal, namun juga wawasan hati dan dan wawasan jiwa. Setiap dari tiga wawasan tersebut memiliki peran penting dan spesifikasi masing-masing.

WAWASAN AKAL

Wawasan akal memiliki spesifikasi yang mengarah pada benar dan salah. Seorang yang pengetahuan akalnya luas berpotensi untuk menjadi orang yang benar. Contohnya saja dalam hal sholat. Seseorang yang mengetahui wawasan tentang rukun sholat akan dapat melakukan sholat dengan benar. 

Sumber dari wawasan akal adalah al quran dan hadits. Jadi, seorang muslim yang ingin meluaskan wawasan akalnya hendaknya memperdalam pengetahuannya tentang al quran dan hadits baik dengan membaca buku maupun dengan mengikuti majlis ta'lim ilmu.

Seorang muslim akan mengalami kesulitan dalam membuka wawasan akalnya jika dalam dirinya masih terdapat sifat sombong. Sifat sombong dapat menutup jalan masuknya wawasan akal karena sifat sombong menjadikan orang menolak kebenaran dan menganggap masih ada makhluk yang lebih hina darinya. Seseorang dapat langsung dikatakan sombong apabila orang tersebut masih merasa ada yang lebih rendah dari dirinya.

WAWASAN  HATI

Wawasan hati menjadi hal yang tidak kalah penting dan harus dimiliki oleh seorang muslim. Wawasan hati yang luas mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang baik. Kebenaran tanpa diikuti dengan wawasan/pengetahuan hati dapat berubah menjadi suatu keburukan meskipun kebenaran yang dimilki seseorang tersebut adalah hal yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Sebagai contoh adalah seorang ustadz dan anak muda dalam suatu majlis ta'lim. 
Seorang ustadz menyampaikan suatu hadits dalam suatu majlis ta'lim dan salah seorang pemuda peserta majlis mengatakan bahwa hadits yang disampaikan oleh ustadz tersebut adalah hadits dhoif. Ustadz tersebut dapat saja mengatakan kepada pemuda dan para jama'ah yang hadir bahwa hadits yang telah disampaikan tadi benar-benar hadits shohih karena itu memang sebuah kebenaran, namun, dengan wawasan hati yang luas, ustadz tersebut hanya mengucapkan terimakasih kepada sang pemuda karena jika ustadz tersebut mengatakan kebenarannya, sang pemuda akan menjadi bahan pembicaraan oleh jama'ah yang lain dan hal tersebut merupakan suatu keburukan.

Sumber pengetahuan hati tidak tertulis, melainkan tersirat, sehingga keberadaannya seringkali tidak dapat diterima oleh akal. Contohnya adalah Sabar.
Sabar adalah pengetahuan hati. Meskipun seringkali dalam kajian dan majlin ta'lim sering dilakukan pembahasan, namun pada hakikatnya sabar adalah pengetahuan hati. Sabar dalam teori atau sabar yang diteorikan adalah wawasan akal, naun sabar dalam pengamalan adalah wawasan hati.

Sama halnya dengan wawasan akal, wawasan hati dapat terbuka apabila hati senantiasa bersih dan terjaga dari dosa. Wawasan hati tersebar di alam raya. Mulai dari hal kecil, seperti saat kita melihat keindahan pelangi selepas hujan dan mengucapkan "Subhanallah". Itu adalah wawasan hati. Hal tersebut tidak akan dapat dilakukan oleh seorang muslim apabila hatinya dalam keadaan kotor, sehingga dengan membersihkan hati, seorang muslim telah pula membuka wawasan hatinya.

WAWASAN JIWA

Wawasan jiwa dibutuhkan oleh seseorang untuk menjadikannya makhluk yang mulia. Wawasan jiwa bersumber dari seluruh alam jagad raya. Wawasan jiwa dapat terbuka saat seseorang telah terbebas dari cinta dunia. Cinta dunia dapat menutup wawasan jiwa dan jiwa yang tertutup akan mendekatkan seseorang pada kehinaan. Seseorang yang ingin membuka wawasan jiwanya harus mampu untuk zuhud dan meninggalkan kesenangan dunia sehingga hidupnya akan senantiasa dekat pada kemuliaan dan jauh dari kehinaan.



Wallahu a'lam bishowab
Kajian Rutin Pagi Hari
Masjid Mardliyyah
Kamis, 26 Februari 2015
Ust. Syatori
 

ANNISA RATU AQILAH Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez