Jumat, 08 Maret 2024

MENULIS AGAR (TAK) KAU BACA

Posted by annisa ratu aqilah at 11:33:00 PM

Bismillah...

Semoga niat ini akan selalu tumbuh dan menguat seiring waktu, hingga tiada lagi perlu aku menulis kembali tulisan seperti ini untukmu :) Everything is temporary... tapi semoga iman ini tetap menghujam kuat di hati.

Bismillah...

Dengan Nama Allah aku memohon dan berlindung dari godaan setan, perkara buruk, tergelincirnya lidah, dan kotornya akal pikiran yang menggerakkan jemari untuk merangkai kata-kata yang sebentar lagi engkau baca...

Bismillah...
Dengan Nama Allah aku membuka kembali sebuah 'rumah' bernama blogger yang sudah lama kutinggalkan karena berpindah ke lapak sebelah. Namun, setelah melewati banyak pertimbangan, akhirnya kuputuskan untuk kembali. Cinta pertama memang sulit dilupakan, bukan? Dan blog ini adalah saksi pertama untuk semua rangkaian kata-kataku tentang dunia, kenangan masa kecil, juga dia. Iya, dia. Bukan kamu, kata itu sudah terlalu mainstream sejak Dodit memviralkannya di stand up comedy Indonesia.

***

Bahagia dengan menulis.
Tiga kata yang kontradiktif jika membacanya sembari mengingat perjuangan tiga tahun lalu saat 63 halaman skripsi perlu direvisi. Sama-sekali-tidak-bahagia. Realitanya, tidak semua hal dapat membahagiakan jika harus dituliskan. Menurutku.

Berbeda rasanya saat membaca tema itu sembari mengingat kenangan manis, membaca puisi-puisi romantis—yang seringkali membuatku bertanya,  "Kok dulu aku bisa nulis begini..?" . Begitulah memang jika kita menulis saat sedang jatuh hati 🖤

***

Dear diary....
Dua kata jadul yang sering dikaitkan dengan kebahagiaan dari sebuah kegiatan menulis. Bukan lagi konon katanya, namun sudah benar-benar diteliti oleh para ahli bahwasanya menulis dapat menjadi salah satu terapi fisik maupun psikis. Psikolog James Pennebaker, Ph.D (Universitas Texas) dan Joshua Smyth, Ph.D (Universitas Syracuse) salah satunya. Mereka meneliti dan menemukan bahwasanya menulis ekspresif tentang emosi dan stres dapat meningkatkan fungsi imun pada pasien dengan penyakit mematikan. Tenang.. aku tak akan menulis terlalu panjang tentang itu.

Mengapa? Sebab definisi bahagiaku tentang menulis itu berbeda. Kenyataannya, aku bukan anak dear diary, pun juga bukan anak yang pemberani untuk berkata dengan gamblang tentang segala hal yang kurasakan di dalam lubuk hati.

Bahagia dengan menulis versiku (dulu) tanpa malu kuartikan untuk sebuah kepuasan finansial. Saat tulisanku menghasilkan uang, memberiku rasa puas saat dengan bangga aku mengirim pesan pada ibuk bapak,

"Buk, paak.. Bulan ini tidak perlu mengirim uang bulanan, alhamdulillah tulisan Nisa dimuat koran dan jumlah uangnya lumayan untuk hidup sebulan di rantauan"

Seperti itulah kiranya definisi bahagia dengan menulis versiku. Tentu saja pesanku pada ibuk bapak tak sepuitis itu. Kalimat itu hanya contoh. Dibuat puitis agar tulisan ini menjadi lebih manis. Iya.., semanis kamu :)

***

Tidak ada yang bertanya, tapi mungkin kamu membaca sambil bertanya-tanya. Kenapa aku tak menulis diary? Ah ya, mungkin aku terlalu percaya diri menganggapmu bertanya tentang itu, tapi anggap saja demikian.

Aku trauma.
Tulisan jeritan hatiku tentang cinta monyet dibaca ibuk. Tulisan ngenesku tentang hidup di pondok dibaca ibuk. Lebih tepatnya, aku malu, sedih, kesal, marah yang bercampur jadi satu. Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin menulis bisa membuatku bahagia? Kalau ibuk saja membaca curahan hatiku dengan berlinang air mata. Bagaimana bisa menulis memberiku kebahagiaan? Padahal kenyataannya, aku memang ingin ibuk membaca dan tahu, betapa ngenesnya hidupku di pondok kala itu.

D-I-L-E-M-A
Tak ingin dibaca, tapi berharap juga dibaca.

Begitulah akhirnya, seperti sebuah cerita, persahabatanku dengan kata menggelap mencapai klimaks. Menulis tak selalu membahagiakan, pikirku.

***

Tulisan yang baik dan membahagiakan adalah tulisan yang layak dibaca.

Sekalipun itu hanya sebentuk curahan hati. Jika dengan menulis diary, hati kita menjadi lebih bahagia, bayangkan jika ada orang lain yang ikut bahagia saat membacanya. Bayangkan jika ada orang lain dengan masalah yang sama menjadi bahagia setelah membacanya. Bayangkan jika dengan tulisan itu, bukan hanya satu hati yang berhasil berdamai, tapi ribuan, bahkan jutaan.

Tulisan yang baik dan membahagiakan adalah tulisan yang layak dibaca.

Walaupun engkau berharap seseorang tak membacanya. Banyak cara agar tulisan itu dapat dibaca tanpa orang menyadari bahwa itu sebenarnya hanya sekedar tulisan dear diary.

Tulisan yang baik dan membahagiakan adalah tulisan yang layak dibaca.

Tulisan yang membuat pembacanya menjadi lebih beradab, menuntun ke arah kebaikan, menularkan bahagia, menelurkan karya-karya.

***

Bahagia dengan menulis versiku saat ini adalah ketika tulisanku membawa kebaikan saat dibaca orang lain, bahkan terbaca oleh seseorang di dalam tulisanku tanpa dia sadari. Menyampaikan isi hatiku tanpa dia tahu dan biarlah Allah, semesta, dan waktu yang akan memberiku jawaban atas pernyataanku kepadanya secara diam-diam.

Jikalau toh pada akhirnya dia sadar tentang maksud tulisanku, itu bonus.

Apabila dengan menulis dapat memberiku penghasilan, itu bonus.

Sekalipun setelah tulisan ini dibaca kemudian menang challenge, itu juga bonus 😁

***

Pada akhirnya bahagia dengan menulis versiku tak cukup dengan mengubah rasa menjadi kata, menyimpannya dalam bertumpuk-tumpuk kertas, bertahun-tahun, berabad-abad, sampai habis dimakan rayap. Tak cukup bagiku hanya menulis untuk mengalirkan emosi, sebab menulis dear diary seringkali tak perlu berhati-hati, sedangkan kita tak pernah menjamin bahwasanya diary itu takkan pernah dibaca. Lalu bagaimana kita mempertanggungjawabkan setiap huruf  dan kata-kata, meski itu hanya sekedar catatan harian biasa...?  Maka, menulislah untuk dibaca. Tersebab dengan demikian kita akan lebih berhati-hati menggoreskan tinta dan merangkai kata, agar tulisan kita tak sekedar menjadi pelipur lara, namun dapat lebih mendekatkan kita dan pembaca kepadaNya. Terakhir dan juga tak kalah penting, sebagaimana Bunda Kaska menulisnya, awalilah dengan doa, agar Allah senantiasa menjaga kita.

Menulislah untuk dibaca
Menulislah untuk bahagia
          —Hanya untukNya dan karnaNya.
             Lillah, billah, ilalloh... 🖤


Blitar, 219.8324

 

ANNISA RATU AQILAH Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez